Rabu, 01 Desember 2010

sayap

Mungkin benar apa kata pepatah, kita baru merasakan penyesalan saat orang itu sudah pergi. itu terjadi padaku, aku menyia-nyiakannya, aku kira semua akan berjalan seperti rencana, namun semuanya berubah 180 derajat. Semuanya pergi, meninggalkanku sendiri. aku tak sanggup berkata-kata, dan aku terlambat.

Dahulu, aku memiliki negaraku sendiri, disana aku sanggup merentangkan sayapku, terbang tinggi menembus cakrawala, tidak ada yang sanggup menghentikanku. aku BEBAS! hingga suatu saat, sifat itu datang, keegoisan, merubah segalanya. Semua meninggalkanku sendirian. Aku tersadar, aku harus kembali memijak bumi, aku harus kembali ke realitas, dimana setiap orang harus menjadi orang lain dahulu untuk mencapai keinginannya *menurutku*. Awalnya itu terasa sulit, namun lambat laun aku sanggup berpijak, aku melupakan segalanya tentang dunia itu. hingga suatu saat, segalanya kembali, seluruhnya, memang tidak sama persis. Aku kembali ke duniaku, pada saat aku kembali, seluruh tubuhku merasakan kebebasan itu kembali, namun aku sudah tidak sanggup terbang, sayapku patah.
Semua orang kembali membantuku mengobatinya. sayap ini kembali sembuh, aku sanggup merasakannya kembali! namun aku lupa bagaimana caranya terbang, aku berdiri diujung jurang, aku menelan rasa takut ku, semua orang dibelakangku berkata, jangan kau lakukan itu! bahaya, pasti ada cara lain! aku tetap pada pendirianku, aku melopat......
Dan aku terbang! setiapku mengepakan sayap, perih melanda, aku tidak sanggup memertahankannya. Sayap ini kembali patah, mulai saat itu aku berfikir, lebih baik aku kembali ke duniaku, kembali berpijak dibumi. semua orang berkata, kamu bisa, kamu sanggup, aku sanggup menyebuhkannya lebih baik! yakinlah! aku mecoba kembali, dan kali ini, aku sanggup menembus cakrawala lagi! aku berhasil! disaatku kembali terbang tinggi, sesuatu melandaku, aku merasakan perbedaan didalam kepakanku, aku bertengger dipohon, aku mulai berfikir apa yang salah dengan sayapku? aku sudah tidak merasakan sakit, tapi kenapa tidak seperti dulu? aku tau, luka yang dulu, masih membekas, ternyata masih sama seperti dulu, sakit jika disentuh kembali. aku memtuskan mulai saat ini, akan kusimpan sayap ini, aku tidak akan mengepakkannya lagi, lebih baik aku berjalan menggunakan kaki daripada terbang dan merasakan sakit itu. setidaknya aku sanggup merasakan indahnya cakrawala, indahnya terbang bersamanya. aku akan kembali ke berpijak ke bumi, dan akan kutinggalkan negri itu, entah sampai kapan, dan kenangan itu akan membekas seperti luka disayap ini......
tamat

jelek maap yee.... :D

terserah, judulnya manut aja deh...

Semua berubah, entah bagaimana caranya, entah darimana. Engkau meninggalkan ku disini, senidirian, tanpa kata-kata, hanya sebuah senyuman. Aku memiliki firasat, hari ini akan tiba, dan engkau akan melupakanku, bahkan namaku. Mungkin kau tidak memikirkan betapa sakitnya hal itu, rasanya bagaikan dikejar 10.000 kecoa! Dan dipipisi! Sakit, Perih! Atau paling tidak kejatuhan cicak dan diteleki, baunya selalu ada, bagaikan luka, yang selalu berbekas. Mau coba? :D hehehe. (jangan deh, baunya njijiki!) Lidah terkadang memang lebih kejam daripada pedang samurai sekalipun, sanggup membunuh! Bukan kehilangan nyawa, tapi kehilangan sebuah kepercayaa, dan kasih sayang. Memang awalnya tidak terasa bagi yang melakukan, namun amat sangat membekas bagi si korban, dan hal itu akan selalu membekas, tidak sanggup disembuhkan dengan cara apapun (menurutku lho)...